Selasa, 06 April 2010

Broken Me





Oh God… What am I doing?

Mimpiku… Seperti terhenti disini, saat aku memutuskan untuk menemuinya, sahabat yang mencintaiku dan memperlebar jarak di antara kita. Ketika ketakutan bagai selubung asap yang melingkupi tubuhku. Ketakutan untuk tersakiti padahal masih ada kemungkinan munculnya bahagia jika aku bertemu denganmu saat ini.

Dan sudah terlambat sekarang. Sudah telat 30 menit dari waktu perjanjian kita. Dia menatapku heran, melihat lembaran tisu yang sedari tadi kuremas untuk menutupi risauku yang tiba-tiba muncul.
"Jujur… Lagi kenapa?"
Kalimat yang meluncur dari mulutnya setelah detik-detik hening diantara kami. Aku mendongak menatapnya, berpikir untuk menggelengkan kepala. Tapi tidak, yang kulakukan justru mengeluarkan telepon genggamku dan menunjukkan sebuah pesan singkat yang membuat hatiku diserang beribu galau. Dan sekarang, ia menarik tanganku menuju mobilnya, membawaku ke tempat perjanjian kita.

Aku tak pernah mengerti hatinya terbuat dari apa. Ia yang selalu mendorongku menggapai bahagiaku. Nyatanya, ia tahu dengan jelas, bahagiaku selalu mengarah kepadamu, menuju pada kemungkinan bahwa kita masih dapat menjelma menjadi gagasan yang membungkus banyak harap. Ia seperti menyeret tubuhnya pada pedih, dan aku seperti tak peduli pada sejuta sembilu yang menusuk dirinya.

*******

Kini jelas, kita telah duduk saling berhadapan sekarang. Aku dan kamu, tanpa dia. Rasanya aku seperti berada dalam wilayah abu-abu. Antara percaya dan tak percaya, antara luka dan bahagia, serta antara risau dan cinta yang meluap bersamaan. Senyum dan air mataku ingin merebak bersamaan.

Namun, aku memutuskan untuk menahan air mata yang mendesak keluar dari kelopak mataku. Air mata yang seharusnya tumpah mengalirkan rindu yang tak kutemukan penawarnya sejak perpisahan kita. Untuk membuatmu percaya, langkahku tak pernah terseok-seok tanpa kehadiranmu. Bahwa aku masih dapat berdiri tegak tanpa kamu di sampingku. Bahwa hatiku dapat menyembuhkan diri setelah hancur karena perpisahan kita.

Kebohonganku yang pertama. Berpura-pura kokoh seperti baja padahal jelas-jelas rapuh seperti kayu yang dimakan rayap.

Dan kamu tahu? Perpisahan kitalah yang menggerogoti kuatku…

1 komentar:

kristiyana shinta mengatakan...

like this so much,,,
bagus bagus,,
salam kenal yah

-loovveecuupps

Posting Komentar