To : kamu@gmail.com
Subject : Back to the start...
Ingatan tentangmu kembali mencengkeram kekinian-ku.
Kamu pernah bilang, ”senja” itu seperti sihir yang meredam semua gaduh, dan membungkus ribuan jalinan kata untuk ditransformasikan menjadi hening. Kemudian kamu betah berdiam diri menatap senja sembari duduk meringkuk dimanapun.
Terlalu rumit bagiku untuk memahami mengapa kamu begitu mengidolakan senja. Merah saga yang menghantarkanmu pada gelap malam. Dan menjadi lebih rumit lagi sekarang mengingat kamu dan aku berpisah justru saat senja masih membayangi kita.
Hening senja ini menyiksaku. Tubuhku kaku menatap mentari yang perlahan turun dan menghilang. Rasanya aku tak siap mengggapai malam. Menghadapi gelap. Sendirian. Beribu-ribu kilometer jauhnya dari genggaman tanganmu. Walau jelas kupahami aku telah kehilangan genggaman tanganmu sejak dua belas purnama yang lalu.
Perih. Tapi kali ini kubiarkan diriku dikecup senja dengan penuh kerelaan. Bahkan meminta supaya senja ini bersedia bertahan lebih lama. Apakah pintaku ini terlalu berlebihan?
Apa ini namanya rindu? Hingga aku begitu pasrah menerima perih yang jelas-jelas menyiksa. Dan waktu? Kemanakah waktu? Apa ia menghilang? Padahal jelas mereka bilang, waktu-lah pada akhirnya yang mampu melunturkan luka, dan mengaburkan rindu.
Tak bisakah kita kembali saja?
*****
Aku terpaku menatap layar monitor di hadapanku. Barisan kata yang meluap-luap di kepalaku kini telah berpindah dalam sekejap ke hadapanku. Aku menghela napas panjang, mataku memanas. Kembali aku menangis, meski yang keluar dari sudut mataku hanya dua bulir air mata yang dengan cepat kuseka...
Apa ini akan bertahan hingga selamanya?
Paling tidak kita mencobanya...
Tapi bagaimana jika tiba-tiba kita harus berpisah?
Apa sebenarnya yang kamu takutkan?
Entahlah... hanya saja untuk apa kita bersatu jika selalu ada kemungkinan bagi kita untuk terserak, terpisah dan meninggalkan sepi?
Ternyata aku meminta waktu tak terhingga untuk kita. Padahal jelas, hanya Tuhan yang mampu menjadi Yang Tak Terhingga. Dan apa mungkin kali ini memang benar-benar telah habis masanya bagi kita? Kamu menjadi yang sempurna dalam hempasan waktu yang berbatas.
Semua yang berawal pada hakikatnya harus berakhir. Fakta yang tak pernah kupahami maknanya hingga beberapa detik lalu. Aku (mencoba) belajar, nyatanya ini memang bukan masalah bagaimana awal dan akhir, tapi ini tentang sebuah proses. Mungkin Tuhan mencoba merengkuh kasihnya untukku dengan menghamparkan sebuah episode pembelajaran : merasa dalam batas dan juga berdamai dengan perih.
Aku masih saja tenggelam dalam genangan cinta untukmu. Tapi aku meyakinkan diri bahwa mungkin jarak ini dan perpisahan ini-lah yang akan memperindah masa depan kita. Memperindah masa depan aku dan kamu. Meski saat ini aku tak sanggup mendefinisikan apa itu masa depan. Namun paling tidak, aku akan mencoba berdamai dengan perih ini.
Aku menimbang-nimbang untuk menekan tombol send untuk email yang baru saja kuketik untuk dirimu. Kulirik senjamu dengan mataku dan mendesahkan sebait kalimat ”Aku teramat rindu padamu...”
Save as Draft
Aku mencoba menenun rindu ini dengan berteduh pada rimbun keikhlasan...
*****
I asked God, "Why do we fall in love and get into relationships when we know that it'll end sooner or later?"
God told me he would get back to me on that. But then he turned around and said, "First tell me why you live your life even though you know you're going to die sooner or later...?”
-unknown-
4 komentar:
mba,, izin mau repost dua kalimat terakhir,,,
check it on : kristiyanashinta.blogspot.com
trims :)
Cinta itu bagai daun, dan kita adalah pohonnya.. Biarkan rimbunnya daun-daun memberikan keteduhan untuk pohon,, dan setiap helai daun suatu saat pasti akan gugur, membusuk dan akan menjadi pupuk bagi sang pohon agar dapat tumbuh menjadi lebih kuat..
hhmm ...
aku hanya bisa menarik nafas panjang untuk sambungan kali ini
dan tetap menunggu kelanjutannya yg semakin menarik ...
bagus! jarang2 nemu blog yg bgs kaya gini..izin repost ya mba :)
it you have any time, please kindly visit my blog at onebeautifulpoint.tumblr.com
thank you!
Posting Komentar