Benar! Hatiku kini kuyup, tenggelam oleh cinta yang berubah menjadi kehampaan, ketika bahagia kita hanya menyisakan air mata yang melekat erat di setiap sudut mataku. Bahkan hanya dengan sekedar sapaan “Selamat Pagi” melalui sebuah pesan singkat, air mataku bisa luruh tanpa henti.
Kuabaikan pesan singkat darimu. Bukan tanpa sengaja, tapi aku terlalu sibuk menata hati yang tiba-tiba berantakan dan terserak hanya karena dua kata berisi sapaan darimu. Tapi kepalaku terus menerus mengajukan banyak pertanyaan yang sayangnya hanya bisa terjawab dari mulutmu.
Apa kau merasa sepi disana?
Apa kau baik-baik saja?
Apa kau bahagia tanpa kita?
Apa masih ada yang tersisa dari ‘kita’ dalam dirimu?
Bahkan jika semua jawabanmu tidak seperti yang kuharapkan, aku tak akan pernah peduli. Karena aku hanya ingin mendengar suaramu. Rangkaian rindu kepadamu membuncah tak tertahan. Maka bukannya membalas pesan singkat darimu, malam ini kuputuskan untuk menelepon dirimu.
Mungkin kita masih bisa bicara?
Detik pertama setelah kau mengangkat telepon, kita seperti tercekik dalam kesunyian. Aku tak bersuara, begitupun dirimu. Tolong, jangan hening, bicaralah sayang... Tersentak. Apa aku masih bisa memanggilmu sayang?
Entahlah, tapi aku seperti tersudut dalam kesunyian yang terbangun tanpa sengaja antara kita berdua. Apa yang tersisa dari sebuah kesunyian? Mungkin hanya hening dan luka, aku menangis tanpa bersuara hingga desahan napasmu tiba-tiba terdengar jelas di telingaku. Dan keluarlah tiga kata itu dari mulutmu.
"Aku kangen kamu..."
Pesan macam apa yang berusaha kau sampaikan kepadaku? Rindu seperti apa yang baru saja keluar dari mulutmu? Aku menerka-nerka dalam tangisku. Tak kutemui jawabnya. Namun yang kutahu, aku mulai menangis sambil tersenyum. Gersangku seperti tersiram hujan.
"Aku juga... Banget..."
Tiga kata dariku, lalu kuputuskan sambungan telepon di antara kita. Aku mengetik sebuah pesan singkat untukmu :
"Kalo kamu kangen aku, dan aku kangen kamu, yang kita butuhin cuma ketemu kan?"
*****
"Maaf jika aku tak bisa menyembunyikan rindu yang telah menjelma cinta seutuhnya. Maaf juga aku tak bisa lari dari dirimu, karena hatiku telah kau kuras habis hingga ke akar-akarnya."
-Moammar Emka-
2 komentar:
syifa ul qulub bi liqo il mahbub
aduh pusing deh klo kangen gini
:(
Posting Komentar