Selasa, 02 Maret 2010

Karena Hidup Adalah Bergerak Maju




Hidup adalah bergerak maju. Itu yang kupegang teguh sekarang. Seberapa pun tebalnya awan mendung di belakangku, tetap ada mentari yang harus kukejar di depan sana. Aku tidak sedikitpun lupa pada luka yang sudah terlanjur menggores, tapi The Cure pun bilang Boys Don’t Cry. Aku masih punya dua kaki, dua tangan, panca indera lengkap, dan hati.

Ahh, hati. Entahlah, sulit bagiku bicara tentang hati. Terutama ketika aku tak lagi benar-benar tahu apakah hati ini masih bisa difungsikan untuk merasa atau tidak. Karena kau tahu, ketika kau merusak sesuatu, menggantinya dengan yang baru lebih mudah daripada jika kau dipaksa memperbaikinya. Tapi hatiku tak datang dengan garansi, yang bisa ditukar ketika ada kerusakan. Tak juga ada yang menjualnya di toko ketika hati milikmu sudah benar-benar tak berfungsi. Serusak-rusaknya hati, mau tak mau, tetap harus kau paksa hati itu bekerja.

Seperti aku, yang tak mau membiarkan hatiku terlalu lama tak berfungsi. Katanya cara menghapus luka lama itu adalah dengan mencari pengalihan dari rasa sakit yang ada. Aku sebenarnya tak setuju, karena aku sejujurnya berpikir ini hanyalah menambah luka di atas luka yang telah ada. Tapi tak ada salahnya, siapa tahu ini benar menyembuhkan. Maka dia, yang cantik dan menjadi rebutan di kalangan teman-temanku, dengan mudah kutaklukkan. Bukan sombong, aku memang superior dibanding mereka soal urusan menaklukkan wanita.

Tapi ya itu tadi, bagiku ini masih sekedar urusan menaklukkan. Hatiku masih tertinggal di samping hatimu, sosok yang masih muncul di kepalaku setiap senja datang menjemput matahari. Kamu yang mungkin seharusnya ku kubur dalam-dalam di hatiku yang kini harusnya diisi olehnya. Tapi sayangnya baru aku yang berhasil menaklukkan hatinya, dia belum benar-benar bisa menaklukankku.

Aku tak lagi tahu batas salah dan benar. Jangan hakimi aku. Yang kuinginkan hanyalah terus maju, meninggalkan awan mendung ke arah datangnya cahaya matahari. Jadi sekali lagi jangan hakimi aku!

“Makasih yah sayang udah dianterin”

Suaranya membuyarkan lamunanku, sudah sampai depan rumahnya rupanya. Aku tersenyum mengangguk menjawab ucapan terimakasihnya. Dia turun, dan sekali lagi melambaikan tangannya sebelum kemudian menutup pintu rumahnya. Aku baru saja menyandarkan badanku ke kursi mobilku ketika telepon genggamku berbunyi. Nada dering yang sudah lama tak kudengar, yang kupakai khusus untuk telepon masuk darimu. Kudekatkan layar ke wajahku, melihat tak percaya. Masih tak percaya, kulihat sekali lagi.

Ternyata benar, ada namamu di sana.

Kamu meneleponku!

5 komentar:

Unknown mengatakan...

aih matiiiii!!!!!!
ditelfon deh!!!!!!
hahahhahahaahaha...

readhermind-dy mengatakan...

kenapa milih tentang perpisahan?
ini siapa yg jd cewe? siapa yg jadi cowo?
kiki dibah nulis bareng ato dibagi cewe-cowo?
hehe.. nanya kebanyakan ya..
:P

pink black and blue mengatakan...

ervitiana : kan biar seruuuu, tunggu lanjutannya yaaah ;)

dy : kenapa perpisahan, karena kita punya blog satu lagi tentang pertemuan, coming soon :D

dani ini nulisanya dibagi, satu jadi cewe, yg satu jadi cowo.. siapa jadi siapanya tebak aja hayooo :p

-dibah-

readhermind-dy mengatakan...

tambahin lg donk ceritanya.. ntr mw nyoba nebak deh..
tp kalian ga ganti2an kan jd cewe/cowonya?

hoedz mengatakan...

senangnya hati Crown ketika menerima telepon dari Tiara ..
aku bacanya sampe ikutan tersenyum lho ..
:D

Posting Komentar